IPK 3,21
Peringkat 16 dari 52 mahasiswa di prodi yang sama.
Siapa
sangka rapot kuliahku bakal seWOW ini. Jadi sempet speecless antara
seneng, lega, syukur dan cemas bercampur jadi satu. Sampai-sampai gak
konsen selama yudisium kemaren, merenung sepanjang acara karna masih
memikirkan kebenarannya.
Jujur aku bahkan bingung gimana
mengekspresikan diri untuk hasil ini, saat yudisium usai pun aku datar
aja nerimanya sembari tetep berhati-hati dalam mengambil sikap. Aku
takut jika ternyata nantinya aku salah, keburu heppy-heppy eeh gak
taunya cuma mimpi, atau dalam bahasa jawanya "kecelek". Ya gitulah
bingung gimana lagi njabarinnya.
Jika dilihat sekilas,
memang sepertinya gak ada masalah. Punya IPK diatas tiga tentu sudah
menjadi idam-idaman setiap mahasiswa. Dan ya, sebenernya aku pun seneng
dengan hasil ini walau tak sampai kuluapkan dan hanya kusimpan dalam
hati. Berasa gak sia-sia kuliah 4 tahun, gak sia-sia biaya yang keluar
slama ini, dan gak sia-sia nongkrong cuci mata tiap hari dikampus. Hehe
Ntahlah,
aku punya standar penilaian sendiri. Lulus dengan IPK diatas tiga,
bagiku sebuah kesuksesan dibangku kuliah. Sementara ilmu yang diperoleh
hanya nomor kesekian. (abaikan)
Selain seneng, dengan IPK
berpredikat "sukses" ini otomatis juga bikin aku lega. Lega karna bisa
pede dan bangga bilang ke ortu. Ini lho pak, buk, rapot kuliah wahyu
selama ini. Meski wahyu suka malas-malasan berangkat kuliah, tapi wahyu
tetap serius kok dalam belajar, nih buktinya (nyodorin nilai sambil
busungkan dada plus monyongin bibir). Ngehehehe
Walau begitu, gak
tau kenapa enggan juga rasanya bilang ke ortu soal nilai IPK ku yang
sebenarnya. Aku gak ingin bapak ibu berekspektasi terlalu tinggi
terhadapku, ya aku nyadar skill yang kumiliki belum seberapa. Jadi aku
hanya bilang kalau nilai IPK ku tiga. Aneh ya, tapi begitulah diriku.
Yah
tapi bersyukur banget lah pokoknya, apalagi akhirnya kegelisahanku
slama ini terjawab sudah, dan hasilnya ternyata sangat melegakan. (walau
masih agak samar-samar)
Sejauh ini memang terlihat
baik-baik saja. Namun masih ada satu hal lagi yang agak mengganggu
pikiranku, yakni soal kecemasanku. Rasa cemas inilah yang menjadi
penyebab diriku enggan menerima sepenuhnya hasil IPK yang ada.
Beberapa hal yang membuatku cemas ini adalah soal kevalidan nilai IPK
ku. Aku merasa ada yang gak bener dengan nilaiku ini. Walau sebenernya
aku sangat berharap ini memang sebuah kenyataan, bukan kesalahan, bukan
tipuan, bukan ilusi, ataupun pengaruh genjutsu itachi.
Bukannya
tanpa alasan aku berfikiran begini, hal ini lantaran sebelum skripsi
kemaren aku sempet menghitung nilai IP per semesterku. Dari jumlah
keseluruhan IPS hanya sekitar 2,8 untuk komulatif, sedangkan pada saat
yudisium ternyata justru 3,21. Memang hanya berisi daftar IPK mahasiswa,
transkip nilai dan ijazah belum diberikan. Jadinya ya masih percaya gak
percaya.
Kalau gak salah inget, begini rincian nilai kuliahku
selama ini. Dari semester 1 sampai 8, ada 12 mata kuliah dengan nilai C,
6 mata kuliah A, dan sisanya B. Itu sebelum KKN dan skripsi, tapi aku
yakin banget udah merincinya dengan benar. Meski belakangan aku tau
nilai KKN dan Skripsiku masing-masing mendapat nilai A, kayaknya tetep
gak berpengaruh banyak atau minimal bisa sampai 3 secara komulatif.
Kalau sudah begini, mau gak mau mesti nunggu transkip nilai dan ijazah keluar, heuheu jadi harap-harap cemas.
Rasa-rasanya
ingin juga menanyakan ke dosen tapi aku ragu, karna akan menjadi kisah
horror jika ternyata ada kesalahan input lalu oleh dosen direvisi ulang,
kan sayang IPK 3,21nya jadi hilang. Mhuehehe
Ya intinya sih aku
masih berharap ini memang IPK ku yang sebenarnya, dan gak ada kesalahan
dengan daftar IPK yang dibagikan pada saat yudisium kemaren.
Kalaupun ternyata salah, aku juga sangat berharap tetap jadi kesalahan hingga ke transkip nilaiku. (ngenes)
Bahkan
sebenarnya masalah gak hanya berhenti sampai disini, jika benar IPK ku
3,21, apakah aku bisa mempertanggungjawabkannya dikemudian hari?? (nah
loh)
Ntahlah, yang jelas semuanya akan terjawab pada
saat pembagian ijazah nanti. Tapi ya begitulah, hidup kadang terasa
rumit jika difikirkan terlalu mendalam (camkan nih buat para introvert
diluar sana hehe) Mungkin itulah salah satu yang menjadi alasan kenapa
aku malas berfikir akhir-akhir ini. Hohoho
Bagaimana menurutmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar