Rabu, 18 Maret 2015

IPK dan Introvert



IPK 3,21
Peringkat 16 dari 52 mahasiswa di prodi yang sama.

Siapa sangka rapot kuliahku bakal seWOW ini. Jadi sempet speecless antara seneng, lega, syukur dan cemas bercampur jadi satu. Sampai-sampai gak konsen selama yudisium kemaren, merenung sepanjang acara karna masih memikirkan kebenarannya.
Jujur aku bahkan bingung gimana mengekspresikan diri untuk hasil ini, saat yudisium usai pun aku datar aja nerimanya sembari tetep berhati-hati dalam mengambil sikap. Aku takut jika ternyata nantinya aku salah, keburu heppy-heppy eeh gak taunya cuma mimpi, atau dalam bahasa jawanya "kecelek". Ya gitulah bingung gimana lagi njabarinnya.

Jika dilihat sekilas, memang sepertinya gak ada masalah. Punya IPK diatas tiga tentu sudah menjadi idam-idaman setiap mahasiswa. Dan ya, sebenernya aku pun seneng dengan hasil ini walau tak sampai kuluapkan dan hanya kusimpan dalam hati. Berasa gak sia-sia kuliah 4 tahun, gak sia-sia biaya yang keluar slama ini, dan gak sia-sia nongkrong cuci mata tiap hari dikampus. Hehe
Ntahlah, aku punya standar penilaian sendiri. Lulus dengan IPK diatas tiga, bagiku sebuah kesuksesan dibangku kuliah. Sementara ilmu yang diperoleh hanya nomor kesekian. (abaikan)
Selain seneng, dengan IPK berpredikat "sukses" ini otomatis juga bikin aku lega. Lega karna bisa pede dan bangga bilang ke ortu. Ini lho pak, buk, rapot kuliah wahyu selama ini. Meski wahyu suka malas-malasan berangkat kuliah, tapi wahyu tetap serius kok dalam belajar, nih buktinya (nyodorin nilai sambil busungkan dada plus monyongin bibir). Ngehehehe
Walau begitu, gak tau kenapa enggan juga rasanya bilang ke ortu soal nilai IPK ku yang sebenarnya. Aku gak ingin bapak ibu berekspektasi terlalu tinggi terhadapku, ya aku nyadar skill yang kumiliki belum seberapa. Jadi aku hanya bilang kalau nilai IPK ku tiga. Aneh ya, tapi begitulah diriku.
Yah tapi bersyukur banget lah pokoknya, apalagi akhirnya kegelisahanku slama ini terjawab sudah, dan hasilnya ternyata sangat melegakan. (walau masih agak samar-samar)


Sejauh ini memang terlihat baik-baik saja. Namun masih ada satu hal lagi yang agak mengganggu pikiranku, yakni soal kecemasanku. Rasa cemas inilah yang menjadi penyebab diriku enggan menerima sepenuhnya hasil IPK yang ada.

Beberapa hal yang membuatku cemas ini adalah soal kevalidan nilai IPK ku. Aku merasa ada yang gak bener dengan nilaiku ini. Walau sebenernya aku sangat berharap ini memang sebuah kenyataan, bukan kesalahan, bukan tipuan, bukan ilusi, ataupun pengaruh genjutsu itachi.


Bukannya tanpa alasan aku berfikiran begini, hal ini lantaran sebelum skripsi kemaren aku sempet menghitung nilai IP per semesterku. Dari jumlah keseluruhan IPS hanya sekitar 2,8 untuk komulatif, sedangkan pada saat yudisium ternyata justru 3,21. Memang hanya berisi daftar IPK mahasiswa, transkip nilai dan ijazah belum diberikan. Jadinya ya masih percaya gak percaya.
Kalau gak salah inget, begini rincian nilai kuliahku selama ini. Dari semester 1 sampai 8, ada 12 mata kuliah dengan nilai C, 6 mata kuliah A, dan sisanya B. Itu sebelum KKN dan skripsi, tapi aku yakin banget udah merincinya dengan benar. Meski belakangan aku tau nilai KKN dan Skripsiku masing-masing mendapat nilai A, kayaknya tetep gak berpengaruh banyak atau minimal bisa sampai 3 secara komulatif.
Kalau sudah begini, mau gak mau mesti nunggu transkip nilai dan ijazah keluar, heuheu jadi harap-harap cemas.
Rasa-rasanya ingin juga menanyakan ke dosen tapi aku ragu, karna akan menjadi kisah horror jika ternyata ada kesalahan input lalu oleh dosen direvisi ulang, kan sayang IPK 3,21nya jadi hilang. Mhuehehe
Ya intinya sih aku masih berharap ini memang IPK ku yang sebenarnya, dan gak ada kesalahan dengan daftar IPK yang dibagikan pada saat yudisium kemaren.
Kalaupun ternyata salah, aku juga sangat berharap tetap jadi kesalahan hingga ke transkip nilaiku. (ngenes)
Bahkan sebenarnya masalah gak hanya berhenti sampai disini, jika benar IPK ku 3,21, apakah aku bisa mempertanggungjawabkannya dikemudian hari?? (nah loh)

Ntahlah, yang jelas semuanya akan terjawab pada saat pembagian ijazah nanti. Tapi ya begitulah, hidup kadang terasa rumit jika difikirkan terlalu mendalam (camkan nih buat para introvert diluar sana hehe) Mungkin itulah salah satu yang menjadi alasan kenapa aku malas berfikir akhir-akhir ini. Hohoho
Bagaimana menurutmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar