Jumat, 29 Mei 2015

Catatan Akhir Introvert

(20:13 WIB)
Hari ini tanggal 31 Maret 2015 atau lebih tepatnya sore tadi, ada kejadian aneh yang kualami. Bisa jadi ini bukan lagi kejadian aneh tapi benar-benar tragedi dalam hidupku, bahkan tak terlintas sedikitpun dipikiran jika semuanya akan berakhir seperti ini. Sebuah peristiwa yang tak hanya membuat pilu namun juga memacu adrenalinku, dimana rentetan kejadian tak wajar saling sambung menyambung hingga menuntun pada kenyataan yang sama sekali tak pernah kubayangkan. Semua perasaan pun bercampur aduk jadi satu, sampai tak tau lagi harus berkata apa. Apalagi, tak ada firasat atau mimpi sebelumnya yang menyambut, bener-bener spontan terjadi. Sudah pasti aku shock menerima transformasi yang tidak biasa ini. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari yang penting buatku karna baru tadi pagi aku memperoleh gelar sarjana setelah 4 tahun menempuh pendidikan diperguruan tinggi. Namun keadaan berubah 180 derajat kala aku pulang kerumah disore harinya. Sungguh diluar ekspektasi, dua moment krusial terjadi dalam satu hari. Dan sekarang, aku hanya bisa pasrah menerimanya. Terkadang aku berharap semua yang terjadi sekarang ini hanyalah mimpi semata dan tidak benar-benar terjadi padaku. Walaupun tampak jelas dan nyata didepan mata, namun jujur saja sulit menerimanya dengan akal logika.
Mungkin setelah membaca tulisan ini kalian akan mengerti apa yang tengah kurasakan saat ini..

Flashback
(16:09 WIB)

Bermula saat aku pulang kerumah setelah selesai kegiatan wisuda. Sesampainya didepan rumah belum ada tanda-tanda akan hal aneh yang terjadi, aku pun melangkah seperti biasa dengan sisa-sisa rasa bahagia yang membekas karna masih terbawa euforia dan gegap gempita acara wisuda.
Namun apa yang kulihat setelah membuka pintu rumah benar-benar membuatku kaget tidak percaya. Atap rumahku rusak dan menyisakan lubang besar yang menganga. Perabotan berhamburan bercampur dengan pecahan genteng dan rangka atap yang roboh kebawah. Sejenak aku tertegun, apa gerangan yang menyebabkan atap rumahku jadi seperti ini?
Anehnya, suasana rumah sepi meski pintu depan sudah tidak lagi terkunci. Orang tuaku sepertinya belum sampai kerumah, padahal seusai menghadiri acara wisuda tadi mereka lebih dulu pulang daripada aku. Kendaraan orangtuaku juga belum ada digarasi, kelihatan kalau mereka memang belum pulang.

(16:17 WIB)
Rasa senang atas gelar yang baru saja kuperoleh mulai bercampur dengan rasa sedih. Setelah berkeliling ruangan dan mengecek semua bagian bangunan yang rusak, aku masih tidak habis pikir dengan apa yang sebetulnya terjadi. Cuaca saat itu sedang cerah jadi tidak mungkin karna topan atau angin ribut. Meski atap rumahku kerap bocor ketika hujan tiba, tapi aku yakin pondasi dan rangkanya masih cukup kuat. Apalagi hampir semua bagian atap ruangan tengah runtuh. Posisi rumahku juga aman berada ditanah datar, sudah pasti bukan karna longsor. Mungkinkah ada benda yang jatuh dari langit? Sepertinya tidak, karna tidak ada benda asing kecuali benda-benda yang memang bagian rumahku.
Akhirnya aku berniat menanyakannya ke tetangga depan rumah, dengan harapan aku bisa mengetahui sesuatu dari mereka khususnya apa yang menimpa rumahku hingga jadi seperti ini. Ya paling tidak aku sedikit bersyukur karna tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Namun aku tidak bisa bayangkan bagaimana reaksi orangtuaku saat melihatnya nanti.

(16:25 WIB)
Aku keluar dari rumah dan bergegas menanyakannya pada tetangga depan rumahku. Anehnya ketika aku keluar, suasana desaku terlihat sangat sepi, jalan yang biasanya lumayan ramai lalu lalang kendaraan terlihat sunyi sepi sejauh mata memandang. Namun aku belum punya firasat apa-apa saat itu, karna masih kaget dengan robohnya atap rumahku. Jadi kuabaikan kondisi yang sebetulnya kurang normal disekitar, sembari tetap menuju kerumah tetangga depan rumah.
''pak min.. oo pak min!'' panggilku kepada pemilik rumah Pak Tugimin. Karna berkali-kali kupanggil tidak merespon, akhirnya aku langsung masuk kedalam. Kebetulan pintu depan terbuka dan lagi aku sudah terbiasa masuk kerumah Pak Tugimin karna memang sering main kesana.
Setelah masuk, aku agak kaget saat melihat bercak/cairan merah berceceran dilantai ruang tamu. Awalnya aku tidak pernah menyangka kalau ternyata cairan itu adalah darah, tapi setelah masuk lebih dalam tepatnya saat berada diruang tengah aku benar-benar shock melihat apa yang ada didepan mataku. Ada seunduk daging yang aku sendiri tidak yakin itu daging apa. Posisinya tergeletak didepan tv dengan darah yang berceceran diseluruh ruangan. Sontak melihat itu aku langsung panik dan berlari keluar rumah, ''Masya Allah opo kui'' dalam hati. Jantungku berdegup kencang, tangan dan kakiku mulai gemeteran. Aku sampai bingung mau bereaksi seperti apa, antara mau teriak histeris karna takut sekaligus bertanya-tanya karna penasaran. Apalagi gumpalan daging itu tak terlihat seperti daging binatang pada umumnya, lebih mirip potongan tubuh manusia seperti yang aku saksikan ditv.

(16:49 WIB)
Rasa takut perlahan mulai membayangi, berbagai macam fantasi kini hadir dalam pikiranku bercampur dengan rasa gelisah yang luar biasa. Di sinilah awal mula aku menyadari jika ada kejanggalan dan hal aneh disekelilingku. Suasana desa yang terlampau sepi, tidak ada manusia satupun terlihat, ditambah dengan apa yang baru saja kusaksikan dirumah Pak Tugimin, semuanya membuatku paranoid sekaligus memicu rasa penasaranku.
Namun belum sempat berfikir apa yang harus kulakukan selanjutnya, tiba-tiba terdengar suara menderu dari atas langit. Awalnya tidak terlalu keras, tapi lama kelamaan terasa semakin dekat dan memekakan telinga. Aku berusaha menutup kedua telinga dengan telapak tangan sembari mengarahkan pandanganku ke atas. Terlihat sekilas dua buah pesawat tempur terbang sangat rendah dan melintas tepat diatasku, spontan hal tersebut menambah panik diriku.
Tak beberapa lama berselang, terdengar lagi suara dentuman keras seperti sebuah ledakan bom. Tanah yang kupijak sampai terasa bergoyang, karna kaget ditambah keseimbanganku yang goyah karna tanah yang bergetar akupun jatuh telungkup ketanah. Sampai beberapa lama aku masih telungkup diatas tanah sembari kedua tangan tetap menutupi telinga, apa yang terjadi saat itu benar-benar membuatku terdiam dan tak sanggup berbuat apa-apa.

(17:04 WIB)
Setelah keadaan mulai tenang, suara menderu pesawat dan dentuman-dentuman ledakan mulai berhenti, aku berusaha bangkit untuk melihat situasi yang ada. Asap pekat menyambutku disertai aroma tidak enak yang terasa menusuk hidung. Butiran-butiran abu juga berjatuhan dari langit, sementara karna tebalnya asap yang ada membuat pandangan pun jadi terbatas. Satu-satunya yang nampak jelas hanya aspal jalan yang ada dibawahku, hingga baru kusadari kalau saat itu aku sedang berdiri ditengah jalan.
Kurang lebih lima menit aku berdiri disana, kaos yang kupake kini berganti menjadi masker daruratku. Lambat laun asap yang ada mulai menipis hingga pandanganku mulai berangsur normal. Aku pun bergegas ingin pulang tepat setelah rumahku mulai nampak dari kepulan asap. Namun belum sempat aku melangkah tiba-tiba ada benda aneh yang melilit perutku dan langsung menarikku keatas.


Aku sempat tidak percaya dengan apa yang terjadi, malah kupikir aku mungkin sedang bermimpi saat itu. Namun setelah memastikan lagi dengan mata kepalaku, aku mulai menyadari situasi yang kualami dan ini benar-benar kenyataan. Rumahku rusak, penduduk desaku menghilang, pesawat tempur berterbangan, dan dentuman bom dimana-mana, semuanya mulai terlihat terang sekarang. Rasa penasaran yang ada kini terjawab sudah.
Hari dimana aku baru saja menerima gelar sarjanaku, dan dihari ini pulalah sebuah tragedi besar datang menghampiriku. Sampai tulisan ini kubuat, aku masih berada diruangan yang mirip didalam kabin pesawat bersama beberapa penduduk desaku. Bahkan disampingku sekarang tengah terbaring lemas istri dan anak Pak Tugimin yang tak henti-hentinya menangis sedari tadi, belakangan aku tahu kalau ternyata Pak Tugimin telah tewas dalam invasi itu.

Bisa jadi saat kalian membaca tulisan ini, aku mungkin sudah tiada. Sungguh tak pernah terbayang sebelumnya jika hidupku akan berakhir dengan cara seperti ini. Andai waktu bisa terulang kembali, pasti tidak akan kusia-siakan semua waktuku selama ini. Ya, penyesalan pastilah datang terlambat, saat hidupku berada diujung tanduk dan disaat itu pulalah aku baru berfikir betapa indahnya hidup. Sungguh ironis..
Hehe lucu sekali aku ini, dulu slalu kuabaikan ajakan teman untuk keluar dan justru lebih memilih mengurung diri dirumah dengan gadget kebanggaanku. Dulu slalu mengeluh ketika mendapat cobaan hingga lupa akan nikmat yang bahkan ada didepan mataku. Mungkin inilah balasan untukku, oh Tuhan memang maha adil..
Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan buat pembaca semuanya. Jangan pernah sia-siakan hidup, syukurilah apapun yang kalian miliki sekarang. Mumpung kalian masih punya banyak waktu, setidaknya sebelum ALIEN yang menculik kami mendatangi kalian. lol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar